Nata Connexindo - Di era digital sekarang, banyak developer properti yang menjadikan posting rutin di media sosial, blog, atau kanal digital lainnya sebagai bagian dari strategi pemasaran.
Namun sayangnya, tidak sedikit dari mereka yang tetap sulit mendapatkan closing penjualan meskipun kontennya konsisten dan berkualitas. Kenapa bisa begitu? Berikut beberapa alasan serta solusi agar aktivitas posting Anda benar-benar berdampak pada penjualan.
1. Fokus Pada Konten, Tapi Tidak Pada “Call to Action” yang Jelas
Salah satu kesalahan umum: postingan hanya berisi inspirasi, foto bagus, atau testimoni, namun tidak mengarahkan pembaca untuk melakukan tindakan (hubungi, kunjungi show unit, daftar unit, dsb).
Solusinya, Selalu sertakan CTA (Call to Action) yang kuat dan spesifik dalam setiap posting, misalnya: “Hubungi sales untuk jadwalkan kunjungan ke website properti”, atau “Klik link ini untuk lihat brosur & harga”.
2. Target Audiens yang Masih Terlalu Luas
Beberapa developer membuat konten untuk “siapa saja” tanpa segmentasi jelas. Akibatnya, orang yang melihat posting tidak selalu calon pembeli properti di Parung Panjang atau yang punya anggaran sesuai.
Solusinya, Segmentasikan audiens (misalnya: keluarga muda, investor, pekerja di Jabodetabek). Buat konten yang sangat relevan untuk tiap segmen: kebutuhan mereka, hambatan mereka, dan bagaimana proyek Anda menjadi solusi.
3. Kurangnya Kredibilitas & Kepercayaan
Posting sering tapi brand atau proyek belum benar-benar dikenal atau dipercaya oleh calon pembeli. Jika calon tidak yakin, mereka cenderung hanya “like & share” tanpa bertindak.
Solusinya, Tingkatkan kredibilitas lewat konten edukatif, testimoni nyata, dokumentasi progres proyek, serta legalitas yang transparan. Misalnya: “Inilah progres pembangunan properti bulan ini + foto update + izin resmi”.
4. Konten “Jualan” Terlalu Banyak, Sedikit Nilai Edukatif
Calon pembeli bisa dengan mudah merasa bosan jika hanya disuguhi iklan yang isinya monoton dan berulang. Agar audiens lebih tertarik, kombinasikan berbagai jenis konten seperti edukasi seputar properti, storytelling, tips membeli rumah, kisah nyata penghuni, hingga behind the scene pembangunan.
Anda juga bisa selipkan soft selling secara halus di dalamnya. Strategi ini bukan hanya membuat konten lebih hidup, tapi juga membangun kedekatan dan kepercayaan dengan calon pembeli
5. Proses Follow Up yang Lemah
Sering kali developer sudah gencar posting dan berhasil menarik banyak leads, tapi sayangnya tidak ditangani dengan cepat dan terstruktur. Akibatnya, leads jadi tidak responsif, bahkan berubah menjadi dingin hingga akhirnya hilang begitu saja.
Untuk mengatasinya, dibutuhkan sistem CRM atau manajemen leads yang solid. Dengan alur follow up otomatis, tim sales yang sigap, dan pencatatan histori komunikasi yang rapi, calon konsumen akan merasa diperhatikan sehingga peluang closing jadi jauh lebih besar
6. Kurangnya Konsistensi atau Evaluasi
Meskipun rajin posting setiap hari, jika tidak ada evaluasi yang jelas tentang apa yang berhasil dan apa yang tidak, peluang optimasi akan hilang begitu saja.
Solusinya, lakukan analisis secara berkala (mingguan atau bulanan). Perhatikan posting mana yang paling banyak menghasilkan klik, mana yang berhasil mendatangkan lead, serta platform mana yang terbukti paling efektif. Dari data tersebut, Anda bisa menyesuaikan strategi konten agar lebih tepat sasaran.
Namun perlu diingat: posting rutin saja tidak cukup untuk menghasilkan penjualan. Dibutuhkan strategi yang lebih matang, mulai dari CTA yang jelas, konten edukatif dan relevan, sistem follow-up yang terstruktur, hingga evaluasi yang konsisten.
Developer properti yang mampu menggabungkan semua elemen ini akan jauh lebih mudah mengubah postingan menjadi closing nyata.
Ingin hasil digital marketing yang lebih efektif? Percayakan strategi Anda bersama Nata Connexindo, agensi digital marketing spesialis properti yang siap membantu meningkatkan penjualan Anda.