Nataconnexindo.com, Tangerang – Perkembangan industri di era digital sudah berjalan dengan kecepatan yang sulit untuk dibayangkan. Hanya dalam hitungan tahun, perubahan yang terjadi bisa begitu banyak. Sebut saja Industri finansial di Indonesia, yang
menurut riset dari McKinsey & Company , membuat Indonesia menjadi negara dengan digitalisasi tercepat di dunia.
Tentu saja jika kita melihat kenyataan di lapangan, hal ini didukung oleh beberapa fakta yang sangat terlihat jelas. Fintech di Indonesia memang sedang tumbuh dengan begitu pesat. Sebut saja beberapa produk seperti Go-Pay, Link Aja, Dana, Ovo, PayTren, Doku, dan ShopeePay yang sudah memiliki pengguna yang begitu banyak serta kerjasama dengan berbagai merchant di hampir seluruh wilayah Indonesia. Belum lagi produk-produk lain di bidang perbankan yang perkembangannya tidak kalah pesat.
Meski perubahan yang dialami tidak secepat industri finansial, namun tidak dapat dipungkiri bahwa Industri properti di Indonesia juga mengalami perubahan yang signifikan. Kemunculan beberapa perusahaan di bidang PropTech (property technology) menjadi salah satu indikasi yang bisa terlihat dengan jelas.
Sayangnya, terdapat masalah utama yang membuat perkembangan industri properti tidak secepat industry finansial. Masalah tersebut adalah ketidak siapan para stake holder (khususnya developer dan agen) di industry properti terhadap perubahan ke arah digital. Padahal beberapa fakta berikut harusnya menjadi cukup alasan agar para stakeholder tersebut mulai fokus pada strategi digital.
42 Persen Masyarakat Indonesia Memiliki Smartphone
Mengutip dari
Tempo , lembaga penelitian di Amerika Serikat, Pew Research Center menerbitkan sebuah laporan tentang negara dengan orang dewasa terbanyak yang menggunakan smartphone. Dalam hal ini, Indonesia menempati urutan 24, dengan total pemilik smartphone mencapai 42%, pemilik ponsel biasa sebanyak 28% dan sisa 29% tidak memiliki ponsel. Saat dilihat lebih dalam, dari 42% pemilik smartphone tersebut, sebanyak 66% merupakan pengguna dengan usia 18-34 tahun. Jumlah ini mengalami peningkatan yang begitu signifikan jika dibandingkan pada tahun 2015 yang hanya sebanyak 39%.
Usia tersebut masuk ke dalam kategori milenial dan generasi Z, di mana pola pikir mereka tentunya berbeda dengan orang-orang di generasi sebelumnya, atau yang biasa dikenal dengan baby boomer. Kedua generasi tersebut dikenal sebagai generasi yang sering memanfaatkan teknologi, termasuk smartphone yang mereka miliki. Mereka cenderung mencari informasi tentang produk yang hendak dibeli melalui smartphone dan internet.
130 Juta Orang Indonesia Aktif di Medsos
Di awal tahun, We Are Social yang bekerjasama dengan Hootsuite, mengeluarkan
laporan bertajuk “Digital Around The World 2019”. Laporan tersebut berisi tentang data digital di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Dalam laporan tersebut, diketahui bahwa sebanyak 130 juta orang Indonesia aktif di media sosial melalui perangkat mobile.
Tidak berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Pew Research Center, penelitian ini juga menemukan bahwa orang dengan usia 18-34 tahun merupakan pengguna media sosial paling besar di Indonesia.
Dengan 2 fakta tersebut, harusnya agen dan developer properti di Indonesia mulai memikirkan digitalisasi di industri yang mereka geluti. Mulai dari strategi pemasaran, kemudian bisa diikuti dengan banyak hal lain seperti SaaS (system as a service) hingga CRM (customer relationship management).
Namun untuk memulai strategi pemasaran dengan digital, developer dan agen harus memahami bahwa berpindah strategi dari konvensional menuju digital bukan hanya masalah perpindahan platform saja. Ada banyak hal yang bisa diterapkan dalam strategi pemasaran konvensional, namun tidak dapat diterapkan dalam strategi pemasaran digital. Begitu pun sebaliknya.
Sebut saja beberapa istilah teknik dasar pemasaran digital seperti SEO ataupun algoritma media sosial. Dua hal ini tidak dapat dipahami dengan instan dan memerlukan pengamatan yang cukup lama. Pemasaran digital bukan sekedar memposting gambar di sosial media dengan caption untuk menjual proyek properti saja. Lebih dari itu, Pemasaran Digital merupakan integrasi dari banyak hal sekaligus, seperti analytic, SEO, branding, content strategy, dan masih banyak lagi lainya. Hal ini lah yang menjadikan pemasaran digital begitu terukur jika dibanding dengan pemasaran konvensional. (AI)